Kesehatan Mental: Masalah Penting yang Diremehkan

Muhammad Azis Husein
5 min readOct 13, 2019

--

(Sumber: Biro Media BEM Fasilkom UI 2019)

Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan. Manusia dapat bekerja dengan baik dan berfikir dengan jernih jika kesehatan mentalnya relatif baik. Untuk itu, sudah sewajarnya bagi kita untuk merawat kesehatan mental di samping merawat kesehatan fisik kita. Namun sayangnya, kewaspadaan pemerintah dan masyarakat Indonesia terhadap permasalahan mental masih kurang. Banyak dari masyarakat yang masih mengabaikan gejala-gejala sakit mental yang terjadi di sekitar mereka.

Menurut publikasi World Health Organization (WHO) yang dilansir oleh tirto.id, saat ini ada sekitar 450 juta jiwa yang mengalami gangguan kesehatan mental. Hampir satu juta di antaranya melakukan percobaan bunuh diri tiap tahunnya. Di indonesia sendiri, dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa tingkat gangguan mental untuk anak usia 15 tahun ke atas ada sekitar 6% yang ditandai dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan. Enam persen tersebut bukanlah angka yang sedikit mengingat banyaknya populasi masyarakat Indonesia. Jika hitung, 6% tersebut berjumlah sekitar 14 juta orang. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat, ada sekitar 1,7 dari 1000 orang di Indonesia atau sekitar 400.000 orang.

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Tanggal 10 Oktober tiap tahunnya diperingati sebagai hari kesehatan mental Sedunia. Hal ini digagas oleh Badan Kesehatan PBB. Tujuan dari peringatan ini kurang lebih untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap isu kesehatan mental. Salah satu gerakan yang dilakukan adalah “40 seconds of action”. Gerakan tersebut dibuat berdasarkan data WHO yang menyatakan bahwa setiap 40 detiknya, terjadi satu kasus bunuh diri di salah satu belahan dunia ini.

Dalam gerakan tersebut, masyarakat diminta untuk mempelajari lebih banyak mengenai masalah kesehatan mental dan bagaimana cara mencegah serta menanggulanginya. Masyarakat diharapkan dapat mengurangi stigma buruk terhadap penyandang penyakit mental. Terakhir, masyarakat diharapkan dapat menemani orang-orang terpenting yang sedang berjuang melawan gejala gangguan mental.

Masalah Kesehatan Mental di Indonesia

(Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181012194807-258-338084/infografis-kesehatan-jiwa-dalam-angka)

Di indonesia, masyarakat masih menganggap remeh masalah kesehatan mental. Padahal kondisi kesehatan mental di Indonesia cenderung memprihatinkan. Satu dari seribu orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Namun, hanya 10% dari penderita gangguan jiwa yang mendapatkan layanan kesehatan.

Mengapa persentasenya sangat sedikit? Jawabannya adalah karena kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia. WHO melansir bahwa tenaga psikiater, psikolog, dan perawat jiwa yang dibutuhkan untuk menangani masalah kesehatan mental adalah 1:30.000. Sedangkan di Indonesia, perawat jiwa baru berjumlah 6.500 orang, psikiater 773 orang, dan psikolog berjumlah 451 orang. Selain itu, penyebaran petugas kesehatan mental juga belum merata. Tujuh puluh persen petugas kesehatan mental masih terpusat di Pulau Jawa dan 40% di antaranya terpusat di Jakarta.

Jumlah rumah sakit jiwa yang terdapat di Indonesia juga terbilang sedikit. Indonesia hanya memiliki 48 rumah sakit jiwa yang belum merata tersebar di seluruh provinsi. Delapan provinsi di Indonesia masih belum memiliki rumah sakit jiwa. Puskesmas di Indonesia yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan mental juga terbilang cukup sedikit dengan persentase sekitar 30% dari total 9.000 Puskesmas yang ada di Indonesia.

Masalah-masalah di atas adalah penyebab tingginya angka gangguan jiwa yang terjadi di Indonesia. Karena kurangnya sarana prasarana kesehatan mental, pada akhirnya edukasi mengenai kesehatan mental yang diterima oleh masyarakat juga sangat kurang. Hal tersebut menyebabkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap gejala-gejala kesehatan mental dan cenderung meremehkan permasalahan mental yang dialami dirinya sendiri ataupun orang-orang terdekat di sekitarnya.

Karena kurangnya edukasi mengenai permasalahan kesehatan mental, seringkali masyarakat Indonesia menganggap sepele temannya yang sedang bercerita tentang masalah pribadinya. Padahal bisa jadi dukungan kita sangat dibutuhkan untuk membantu mengurangi gejala sakit mental yang mereka miliki. Bisa jadi kata penyemangat yang kita berikan akan membantunya untuk berjuang melawan gangguan mentalnya.

Kurangnya edukasi juga menyebabkan 51% dari total penderita skizofernia yang ada di Indonesia tidak rutin minum obat. Menurut katadata.ai, 36% di antara penyandang penyakit mental yang tidak rutin minum obat beralasan bahwa dirinya merasa penyakitnya sudah sembuh. Sedangkan 23% di antaranya mengaku tidak mampu membeli obat.

Selain itu, hal yang cukup sering terjadi di Indonesia akibat kurangnya edukasi penyakit mental adalah munculnya dugaan masyarakat bahwa penyakit tersebut adalah guna-guna yang dikirim oleh dukun. Hal ini sangat memprihatinkan karena ada 14% dari penderita skizofernia yang dipasung di rumah tanpa dikonsultasikan kepada petugas kesehatan mental. Mereka dipasung karena dianggap telah dimasuki roh-roh halus.

Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah beban pikiran. Faktor ini cukup sering terjadi di Indonesia. Banyak masyarakat yang memiliki beban pikiran terhadap masalah ekonomi dan akademis yang mereka miliki ataupun permasalahan-permasalahan lainnya yang membuat pikirannya berantakan. Jika tidak cepat diatasi, hal tersebut dapat berujung pada gangguan kejiwaan yang lebih berat

Gangguan jiwa juga dapat disebabkan oleh pengaruh genetik. Di mana orang yang memiliki silsilah keturunan sakit jiwa, lebih berpotensi terkena penyakit jiwa. Selain itu, gangguan jiwa juga dapat disebabkan karena salah minum obat atau keracunan.

Penanganan Masalah Kesehatan Mental di Indonesia

Bagaimana cara mengurangi tingkat gangguan jiwa di Indonesia? Apa yang bisa pemerintah lakukan? Apa yang bisa kita lakukan?

Kita semua memiliki andil dalam menanggulangi masalah kesehatan mental di Indonesia. Dalam menangani masalah ini, hal pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan edukasi mengenai isu kesehatan mental kepada masyarakat. Di samping itu, pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana yang ada seperti rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa saat ini belum merata di seluruh provinsi dan jumlahnya masih sedikit. Kedepannya, pemerintah diharapkan dapat membangun rumah sakit jiwa minimal setiap provinsi memilikinya. Selain itu, pemerintah dapat menambah jumlah petugas kesehatan jiwa dengan membuka program studi yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.

Selain pemerintah, kita juga dapat turut mengurangi tingkat gangguan jiwa di Indonesia dimulai dari hal-hal kecil. Pertama kita dapat mulai mempelajari lebih banyak mengenai kesehatan mental dan meningkatkan kepedulian kita mengenai masalah kesehatan mental ini. Kedua kita dapat memberikan dukungan kepada orang-orang di sekitar kita, karena bisa saja dengan dukungan yang sederhana kesehatan mental seseorang dapat meningkat. Jika ada orang di sekitar kita yang sedang mengalami beban pikiran yang berat, maka cobalah untuk menemaninya dan mengajaknya bicara. Jika tingkat kesehatan mentalnya sudah cukup parah, konsultasikan dengan petugas dan jangan bertindak asal.

REFERENSI:

  1. https://katadata.co.id/infografik/2019/10/10/problematika-kesehatan-jiwa-di-indonesia
  2. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181012194807-258-338084/infografis-kesehatan-jiwa-dalam-angka
  3. https://tirto.id/kemenkes-sebut-masalah-kesehatan-jiwa-perlu-disikapi-serius-diuR#top
  4. https://tirto.id/kesehatan-mental-di-indonesia-hari-ini-b9tw
  5. https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/10/073043965/diperingati-setiap-10-oktober-ini-kisah-di-balik-hari-kesehatan-jiwa?page=all
  6. https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/07/151800265/hari-kesehatan-jiwa-dunia-2019-apa-itu-40-seconds-of-action
  7. https://www.brilio.net/creator/pentingnya-pemahaman-kesadaran-soal-kesehatan-mental-di-indonesia-b60ca5.html

--

--